Kamis, 04 April 2013

Tujuh Raja Sama Gama


Ini cerita negeri yang luhur
Rakyatnya sabar dan patuh
dimana rajanya jatuh sengsara
Naik tahtanya tidak disangka
Turun tahta disorakin
Silih berganti disakiti



Raja pertama termasyhur
Pintar tampan serta sakti
Sangat gagah dan wibawa
Pidatonya menggoyang hati
Rakyat Kasirep hatinya
Cahayanya satria mukti

Raja yang suka tafakur
Sungguh alim dan suka menyepi
Rakyatnya berteriak
Disebabkan fitnah dan iri hati
Terkena jebakan jala
Semut merah yang gigitannya mematikan

Raja yang di agung-agung
Semakin lama semakin merosot
Tersangkut faham keyakinan
Pasti terjadi
Menjaga rakyat sentosa
tetap Menari menyanyi (kinanti)



Raja kedua yang lengser
gigih Mengejar ngejar
Semut merah lari tunggang langgang
Yang berani langsung ditembak
Yang takut dijadikan kerak
Yang bersembunyi disapu martil

Kelihatan seperti yang makmur
Rakyat jongkok nangis
Mengusap lutut sambil ketap (ketap tuh kayak ngiler pengen sesuatu)
Usut perih setengah mati
Buruh diperas sampai ngos-ngosan (ngarenghap)
Tersisih di sisi pabrik

Rakyat yang perih menggulung
Mendorong supaya raja terguling
Pahlawan kesiangan
Merasa sudah menang wangsit
Padahal sumbing sebelah
Ikutan sambil buang ingus



Raja ketiga muncul
Yang suka Terburu-buru dan suka ketawa
Pintar segala bisa
Punya Ilmu membuat burung besi
Otaknya ajol-ajolan (ajol-ajolan kayak melompat-lompat gitu mungkin artinya penuh ide kali ya.. basa indonesianya apa kitu ajol-ajolan)
Polos ke semua orang



Raja keempat dituntun
Satria demokrasi
Luhur Ilmu agama Islamnya
Kesayangan semua santri
Cucu wali yang berkaromah
Panutan para Kyai

Harapan Di ujung waktunya
Disimpan dilamping wangi
Rakyat keburu naik
Raja keburu-buru pergi
Takut dengan yang punya hajat
Pulang ke asalnya



Raja kelima ratu
Istri terampil menerima
Dibayangi cahaya bapaknya
Sabar daranya cantik
Cantiknya sebening cisoca
Hati seputih widuri

Semut hijau berkerumun
Memegang nama agama
Nyi ratu penuh sayang
Semua sama sejahtera
Masih tersisa kotoran yang menganggu
Ratu senyum sambil perih

Ratu pulang waktu sunyi
Rakyat sedang tentram-tentramnya
Galinggey Tahta ditinggalkan
Layar merah berganti warna
Hijau merata menjajar
Kembang kurma mengantri



Raja keenam tiba-tiba manggung
dipuja sambil disegani
Naik tahta tidak sengaja
Memuaskan orang yang banyak masalah
Memberikan bayang-bayang harta
yang disembunyikan orang yang korupsi

Raja banyak bicara
berbicara hal-hal suci
Menasehati tapi belum hadas
Mengajak eling sambil nyengir
Rakyat kepegang urat
Menahan lapar

Perih tertutup senyum
Sengsara terhibur janji
Rakyat panjang sabarnya
sungguh lagi memaafkan
Sambil menjorokkan rajanya
Banyak pemimpin terguling

Raja tetap tidak mau mundur
Negara perlahan-lahan jadi kacau
Hukum seperti adonan kue
Jadi Senjata pamungkas diri
Hakim Jaksa ikut bergembira
Dapat celengin kendi

Kalau Jatuh enggak mungkin ke atas
Kalau terang enggak mungkin di malam hari
Raja mencekik sendiri
Belalang yang bermalam (Pengikutnya) ikut terbawa
Tersungkur di durukan (bakaran api)
Selesailah lelakon negara




Datanglah raja ketujuh
Gerhana pamit pergi menyingkir
Bulan menyinarkan cahaya
Matahari gembira menari-nari
Tahta purba memunculkan wajahnya
Sitinggil datang dari langit

Satria kaya rendah hati
Dada diterangi dengan kasih sayang
Panutan segala alam
Sakti dengan beningnya hati
Merahmati alam bersuka ria
Datang santri dari surga

Raja yang tidak batal wudu
Rakyat mendapat kegembiraan
Perut kenyang padat berisi
Ciri negara loh jinawi
Dulu-duluan sedekah
Cepat-cepatan membuat wajit

Raja tabu akan kebencian
Berkasih sayang sering menangis
Merasakan banyak kekurangan
Walaupun terbukti membuat sentosa
Tidak segan meminta maaf
Pasrah sekujur batin